Di era sekarang, luas lahan sawah semakin berkurang dan kemampuan panen para petani pun tidak bisa memenuhi lonjakan kebutuhan beras bagi masyarakat.
Indonesia rentan akan ketahanan pangan, khususnya beras. Hal tersebut terlihat pada kebijakan Pemerintah Indonesia mengimpor beras dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Penyebab lainnya, yaitu Indonesia sangat rentan terhadap bencana banjir dan kekeringan. Kegagalan panen akibat dari bencana Indonesia mecapai 90.000 ha/tahun.
Di era teknologi saat ini harus adanya pengembangan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tani. Maka, hadirlah sebuah teknologi IPAT – BO yang dapat meningkatkan produksi padi jauh lebih cepat dan melimpah.
Transformasi inovasi dan teknologi IPAT – BO sangat diperlukan untuk mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Lalu, apa itu teknologi IPAT – BO dan apa saja manfaatnya? Dan Bagaimana penerapannya? Simak artikel di bawah ini ya!
Apa Itu Teknologi IPAT – BO?
Teknologi IPAT – BO (Inovasi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik) dirancang sebagai teknologi hemat air, hemat pupuk anorganik, serta hemat benih.
Teknologi IPAT – BO menitikberatkan pada manajemen kekuatan biologis tanah, tata air, manajemen tanaman dan pemupukan berbasis organik secara terpadu untuk meningkatkan produktivitas padi yang ramah lingkungan.
Artikel menarik lainnya: TRANSFORMASI INOVASI DAN TEKNOLOGI PERTANIAN INDONESIA
Manfaat Teknologi IPAT – BO
Keunggulan utama dengan teknologi IPAT – BO adalah hemat air dan bibit, hemat pupuk anorganik hingga 50%, dan hemat pestisida. Selain itu, dalam tingkat produksinya bisa mencapai 8 – 15 ton/ha.
Beberapa peneliti sudah mengkaji penerapan teknologi IPAT – BO pada lahan sawah irigasi. Hasilnya, sangat cemerlang di mana terjadi peningkatan produksi padi >50%, dari yang semula hanya 6 ton/ha meningkat 9,1 ton/ha gabah kering panen.
Hasil penelitian lain juga membuktikan pemanfaatan teknologi IPAT – BO pada lahan sawah tadah hujan. Dengan teknologi IPAT – BO mampu meningkatkan produksi padi sebesar 14,11%.
Keberhasilan teknologi IPAT – BO di lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan, tidak menutup kemungkinan dapat diterapkan juga di lahan sawah. Dengan penggunaan air dari mata air atau sumur bor pada lahan kering di daerah tropis. Percobaan tersebut dilakukan di lahan tropis semi kering di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penerapan Teknologi IPAT – BO
Keberhasilan penggunaan teknologi IPAT – BO bergantung pada perkembangan sistem perakaran, keanekaragaman hayati, dan keseimbangan pasokan nutrisi yang berpeluang pada lahan sawah yang kering.
Teknologi IPAT – BO diterapkan dengan menggunakan air yang berasal dari mata air dengan tujuan dapat mengontrol pengaturan drainase dan menghemat air.
Untuk mencapai keseimbangan nutrisi dan keberhasilan teknologi IPAT – BO dilakukan pengaturan pemberian pupuk dan pengaturan drainase, varietas padi, dan pengaturan jarak tanam.
Tujuan penerapan teknologi IPAT – BO adalah sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan kering agar dapat menyejahterakan kehidupan para petani.
Artikel menarik lainnya: TIPS MEMILIH JASA PERIZINAN USAHA YANG TEPAT
Penggunaan Limbah Padi Hasil Teknologi IPAT – BO
Upaya peningkatan produksi pertanian dengan menggunakan teknologi umumnya diikuti dengan penumpukan limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari produksi teknologi IPAT – BO dapat dimanfaatkan untuk peningkatan usaha ternak ruminansia.
Dengan hadirnya teknologi IPAT – BO, limbah padi dapat digunakan sebagai sumber daya pakan yang potensial dengan menggunakan teknologi amoniasi.
Selain digunakan sebagai pakan ternak. Jerami padi sisa teknologi IPAT – BO dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik dalam bentuk mulsa yang dapat memberikan perlindungan baik bagi tanah.
Artikel menarik lainnya: MENILIK ‘UNDERNAME’ EKSPOR SEBAGAI SOLUSI BISNIS GO INTERNASIONAL
Respon Petani Terhadap Teknologi IPAT – BO
Teknologi IPAT – BO pertama kali diluncurkan tahun 2006 dengan kemampuan meningkatkan produktivitas padi menjadi tiga kali lipat. Percobaan transformasi teknologi dan inovasi teknologi IPAT – BO dilakukan di beberapa lokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Hasilnya, dengan teknologi IPAT – BO mampu menghasilkan padi sebesar 10 – 16 ton per hektar. Akumulasinya hasil panen naik rata-rata 50 – 150 ersen dibanding metode manual atau kovensional.
Metode tanam teknologi IPAT – BO memiliki dua metode. Pertama, menggunakan sistem tanam benih langsung dengan menggunakan rice seeder yang mampu menghasilkan pad 8 – 10 ton/hektar. Kedua, menggunakan sistem pindah tanam (transplanting) yang mampu menghasilkan 8 – 12 ton/hektar.
Kesejahteraan tani adalah kemakmuran bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Teknologi IPAT – BO yang mampu melipatgandakan hasil panen secara cepat sangat patut diberdayakan, khususnya sosialisasi dan percobaan yang harus terus diinisiasi.
Selain produksi pangan melalui teknologi IPAT – BO yang harus digencarkan, perlu adanya manajemen yang baik dalam pengelolaannya. Bagi Anda para petani atau pelaku usaha yang sedang menempuh bisnis pangan atau lainnya, ISGroup Consulting dapat membantu perizinan usaha Anda menjadi lebih mudah dan cepat.
Konsultasikan usaha Anda secara GRATIS bersama ISGroup Consulting melalui www.isgroupconsulting.com atau hubungi nomor telepon 081387001998.